Minggu, 28 Agustus 2016

Menyusuri Barelang dari Ujung ke Ujung



Barelang, merupakan sebuah jembatan yang menghubungkan tiga pulau besar di Kepulauan Riau, yaitu Pulau Batam, Pulau Rempang, dan Pulau Galang (Barelang = BAtam REmpang gaLANG). Jembatan ini terpisah menjadi enam bagian, yaitu jembatan satu, jembatan dua, dan seterusnya sampai jembatan enam. Dari jembatan satu sampai empat sih jaraknya lumayan dekat, tapi dari jembatan empat menuju jembatan lima dan dari jembatan lima menuju jembatan enam, jaraknya jauuuhh banget.


Kalau dilihat di peta, jarak dari Batam sampai ke ujung Pulau Galang adalah tiga kali lebih jauh daripada jarak Batam ke Singapore. Jadi kamu kamu mungkin lebih memilih ke utara, ke Singapore yang lebih dekat, daripada menjelajah ke selatan ke Pulau Galang. Dari jembatan satu di Pulau Batam sampai ujung Pulau Galang, dapat ditempuh menggunakan kendaraan dalam waktu satu setengah jam.
jembatan satu

Mari kita mulai perjalanan dari jembatan satu di Pulau Batam. Langkah pertama, kita isi bensin terlebih dahulu, karena di Pulau Rempang dan Pulau Galang tidak ada pom bensin.
dibawah tiang jembatan


Sebelum memasuki jembatan, di sebelah kiri jalan disediakan tempat yang selalu ramai dikunjungi orang untuk dijadikan tempat berfoto dengan latar belakang kemegahan jembatan Barelang. Ongkos parkir disini lumayan mahal, yaitu sepuluh ribu per mobil (mahal kalau dibandingin dengan di Magelang lho ya). Tempat makan disini juga mahal (menurutku sih), harga tidak tercantum di daftar menu sehingga pas bayar di kasir, tau-tau habisnya banyak. Hiks.

Di sepanjang perjalanan dari Batam sampai Galang, banyak pantai indah bisa kita temukan. Pantainya lebih bersih daripada pantai-pantai di Pulau Batam. Ada juga tempat pengungsian Vietnam (Kampung Vietnam) di Pulau Galang, letaknya setelah jembatan lima, di sebelah kiri jalan.


Dari jembatan satu sampai empat, tanda-tanda kehidupan masih bisa kita temukan, masih banyak rumah penduduk dan warung di pinggir jalan. Begitu pula kendaraan, masih ada beberapa yang melintas. Tetapi setelah melewati jembatan keempat, jalanan mulai terlihat sepi, tidak ada rumah penduduk apalagi warung, hanya setiap sepuluh menit sekali aku berpapasan dengan kendaraan lain, selebihnya, kendaraanku berjalan sendirian. Tetapi tetap belum bisa mengalahkan sepinya jalan luar kota di Australia sih.
bermain pasir, sendiri


Karena selama perjalanan menuju ujung Pulau Galang aku banyak mampir ke pantai-pantai indah yang banyak terdapat di sepanjang perjalanan, jam 18.30 aku baru sampai ke ujung Galang. Sebenarnya di depanku masih ada jalan, tetapi jalannya belum beraspal. Entah sampai mana kalau aku masih maju terus mengikuti jalan tanah itu. Meskipun sudah jam 18.30 langit masih terlihat lumayan cerah disini. Sunset terlihat indah dari sini.
bersantai di pinggir pantai yang sepi


Salah satu pantai yang rekomended adalah Pantai Mirota, yang terletak di kanan jalan, setelah jembatan lima, dengan tiket masuk seharga 10.000 per orang. Disini pasir dan airnya bersih, pengunjungnya tidak terlalu ramai, ombaknya tidak terlalu besar, dan ada rumah panggung tempat kita bisa menikmati indahnya laut, dengan kapal-kapal minyak di kejauhan.
menikmati laut bertabur kapal minyak dikejauhan


Masih ada beberapa pantai lain di sepanjang jalan, dan semuanya memang terletak agak jauh dari jalan raya, jadi pantainya tidak terlihat dari jalan raya, hanya papan petunjuknya saja yang nampang di pinggir jalan.

Nah, dalam perjalanan pulang nih, gelap gulita menyelimuti kami. Sudah jalanan sepi, tidak ada kendaraan lain yang melintas, tidak ada rumah penduduk di pinggir jalan, lampu jalan pun tidak ada sama sekali. Kalau mobil sampai mogok disini, sepertinya seram sekali. Sinyal hape pun timbul tenggelam. Sampai di jembatan empat, baru deh kehidupan mulai terlihat lagi.

Kamis, 18 Agustus 2016

Eureka Skydeck 88, Meluncur ke Atas dengan Kecepatan 9 meter per detik



Telingaku berdenging di dalam lift yang bergerak naik menuju puncak Skydeck, saking cepatnya lift bergerak. Dalam waktu kurang dari 40 detik, aku sudah sampai di puncak Skydeck di ketinggian 300 meter. Ketika naik ke puncak Monas saja sepertinya aku membutuhkan waktu yang lama sekali untuk bisa mencapai puncaknya yang ‘hanya’ berada di ketinggian 137 meter, sehingga antrian di lantai dasar Monas biasanya mengular panjang karena menunggu lift yang naik dan turun dengan pelan.


Tidak demikian dengan antrian di Eureka Skydeck. Hanya terlihat beberapa orang di depan lift. Tanpa menunggu lama, ‘ting’ pintu lift membuka dan mempersilakan aku masuk. Dengan harga tiket AUD 46 untuk dua dewasa dan satu anak, aku meluncur ke atas. Memang sih, harganya jauh beda dengan naik Monas yang murah meriah.

Setelah membaca buku panduan Skydeck yang kuterima di lantai bawah, disitu tertulis “the lifts travel at more than 9 metres per second”, wow kecepatannya lebih dari 9 meter per detik. Super sekali. Bagaimana nanti rasanya ketika turun ya? Mungkin tubuhku rasanya seperti jatuh dibanting ke tanah dari helikopter yang terbang tinggi.



Eureka Skydeck yang dibuka pada tahun 2006 merupakan gedung tinggi di Melbourne, pernah masuk ke dalam jajaran gedung-gedung tertinggi dunia. Dengan ketinggian 300 meter, Eureka Skydeck menyamai tingginya menara Eiffel di Paris.

Eureka Skydeck 88 berada di kawasan Riverside Quay, Southbank, Victoria. Bangunan ini mempunyai 91 lantai dan sebuah monumen di lantai 88, tempat dimana pengunjung bisa menikmati indahnya Melbourne, baik ke arah utara, timur, selatan, maupun barat.
 
memandang Melbourne dari Skydeck 88
Begitu sampai di puncak, keempat sisi ruangan ternyata seluruhnya tertutup kaca. Berbeda dengan di Monas, yang hanya ditutup oleh terali besi, sehingga angin yang bertiup kencang masih bisa kita rasakan. Tetapi di Skydeck ini, ada juga bagian teras dimana kita bisa merasakan kencangnya angin menerpa wajah. Aku langsung menuju tempat yang diberi nama ‘The Terrace’ itu.

The Terrace
Wusss. Angin menerpa tubuhku sampai rasanya aku mau terbang menabrak kaca pelindung, kalau saja tanganku tidak mencengkeram dengan erat pagar besi pengaman yang tersedia disitu. Aku, si ayah, dan Zita, saling berpegangan dan tertawa terbahak-bahak merasakan embusan angin yang gila-gilaan di ketinggian 300 meter itu. Gila nih anginnya. Kenceng banget. Aku tidak betah berlama-lama disitu. Segera kami berfoto. Foto yang tercetak selalu kabur karena kami memegang kamera dengan tangan gemetaran menahan laju angin yang kencang. Hanya beberapa menit, aku segera masuk lagi kedalam, kebalik kaca-kaca pelindung. Untuk dapat menikmati ‘The Terrace’, kita tidak perlu membayar lagi.
 
Skydeck 88, isinya bule smuaaa..

The Edge
Di Eureka Skydeck ini juga tersedia ruangan yang dinamakan ‘The Edge’, sebuah kubus yang keenam sisinya adalah kaca, termasuk lantai yang kita pijak juga terbuat dari kaca. Kubus ini dapat digeser keluar dari bangunan, sampai jarak tiga meter diluar bangunan. Jadi bayangkan saja sebuah kotak kaca di ketinggian 300 meter, dan kamu berada di dalamnya! Yang punya penyakit jantung atau phobia ketinggian lebih baik jangan coba-coba masuk ke sini.
 
Yarra River dilihat dari Skydeck 88
Pemandangan malam hari berada di dalam The Edge, lebih menarik daripada ketika siang hari, karena di malam hari, kerlip lampu kota Melbourne di bawah, dapat tertangkap kamera. Apalagi ketika petang, langit berwarna oranye yang menjadi latar belakang, terlihat keren sekali.

Sayang aku tidak sempat menikmati sensasi The Edge yang dihargai AUD 12 per lembar tiket ini. Hanya si ayah yang pernah masuk ke The Edge, beberapa bulan sebelum kedatanganku di Australia. Menurut cerita dia, untuk dapat masuk ke dalam The Edge, kita harus melepas alas kaki, meninggalkan kamera, handphone, dan peralatan elektronik lainnya di luar, sehingga untuk berfoto di dalam The Edge, kita hanya bisa menggunakan kamera yang telah disediakan Skydeck. Waktu yang disediakan untuk dapat menikmati The Edge hanya 5 menit saja, dan tidak boleh lebih dari 10 orang yang berada di dalam kubus kaca itu.
 
Eureka Skydeck Building

Untuk mencetak foto, kita harus membayar lagi, dan kalau ingin memperoleh soft copy nya, bisa di download di eurekaskydeck.com.au dengan memasukkan kode foto yang tercetak di kertas receipt.

Selesai menyelusuri pemandangan kota Melbourne dari segala arah, kita dapat mencicip menu-menu yang tersedia di restoran di puncak Skydeck. Sambil menikmati menu ringan seperti coffee, soft drink, dan sandwich, kita dapat duduk-duduk santai di kursi yang banyak tersedia disitu, sambil menikmati sensasi berada di ketinggian. Eureka Skydeck 88 buka setiap harinya dari jam sepuluh pagi sampai jam sepuluh malam, jadi kita bisa puas bersantai selama seharian disitu.

Senin, 08 Agustus 2016

Batu Caves, Malaysia



Batu Caves berada di Selangor Malaysia, berjarak 13 km ke arah utara dari Kuala Lumpur. Tempat ini merupakan bukit kapur yang terbentuk selama 400 tahun, serta memiliki serangkaian gua dan kuil. Kuil disini merupakan kuil Hindu yang didedikasikan kepada Dewa Murugan.

Berdiri setinggi 42,7 meter inilah patung Dewa Murugan tertinggi di dunia, yang dibangun dalam waktu tiga tahun, dan diresmikan pada Januari 2006.
Zita di kaki tangga

Dibelakang patung, mengular ke atas tangga sebanyak 272 langkah (dibangun pada tahun 1920), menuju kuil gua. Dan di puncak tangga, terdapat Gua Kuil di ketinggian 100 meter. Ada tiga gua utama disini, dan beberapa yang lebih kecil. Sejak tahun 1892, di tempat ini diadakan festival Thaipusam di Bulan Tamil Thai (sekitar akhir Januari atau awal Februari).

Disekitar gua, banyak monyet berkeliaran dan bergelantungan di pohon. Sedangkan di bagian bawah, giliran burung yang banyak bertebaran disana.

monyet berkeliaran di Batu Caves
burung beterbangan di Batu Caves