Kamis, 22 Desember 2016

Hewan-hewan Unik Khas Australia ada di Cleland



Kerumunan tikus sebesar sepatu ukuran 40 berlarian menghampiriku, begitu aku masuk melewati gerbang Cleland. Apaan nih, pikirku heran melihat gerombolan tikus yang mengelilingi kakiku. Kalau tikus di Indonesia kan biasanya takut dan selalu lari kalau melihat manusia. Lha ini, kok semuanya malah mengerubungiku.


 
harga di bulan juni 2015
“Itu bandicot” kata si ayah geli melihat Zita ngumpet ketakutan karena diserbu oleh gerombolan tikus yang besarnya keterlaluan untuk ukuran tikus. Bandicot? Kayaknya pernah dengar deh. Oh iya akhirnya aku ingat. Aku sering main PS dengan game berjudul CTR (Crash Team Racing) dimana salah satu tokohnya bernama Bandicot dan bentuknya mirip guru Splinter di film TMNT (Teenage Mutant Ninja Turtles alias kura-kura ninja).


Ketika kujulurkan kakiku ke arah kerumunan tikus itu, ternyata ukuran tubuh mereka berhasil mengalahkan ukuran sepatuku. Weleh weleh. Kalau tikus di Indonesia sebesar ini, percuma deh pelihara kucing untuk mengusir tikus. Bisa-bisa malah kucingnya yang kabur dikeroyok tikus.
 
bunda, bandicot-nya aku bawa pulang yaa, lucu
 
sepatuku kalah besar
Bandicot ini hanyalah satu dari sekian hewan-hewan unik yang ada di Cleland, yang selama ini belum pernah kutemui di Indonesia. Cleland, merupakan sebuah wildlife park yang berada di Mount Lofty Summit Road, Crafers, South Australia. Tempat yang berdiri tahun 2001 ini hanya berjarak sekitar sepuluh kilometer dari Kota Adelaide.
 
berhenti dulu, ada yang mau nyebrang jalan
Cleland wildlife park seluas 9,92 km² ini mempunyai banyak koleksi binatang khas Australia seperti bandicot, bettong, dingo, echidna, emu, kanguru, koala, possum, potoroo, Tasmanian devil, wombat, dan masih banyak lagi yang namanya aneh-aneh sampai aku lupa nama hewan-hewan itu. Semua hewan ini sebagian besar berkeliaran bebas sehingga kita dapat menyentuhnya (kalau berani), tetapi ada juga yang berada di dalam kandang (untuk hewan berbahaya).
 
makan siang rame-rame
Beberapa hewan merupakan binatang nocturnal sehingga hanya keluar pada malam hari dan siangnya mereka ngumpet entah dimana. Jadi Cleland juga menyediakan safari malam setiap hari Jumat (dua minggu sekali) bagi yang ingin melihat para nocturnal. Biaya safari malam berkisar antara AUD 40 – AUD 50.
 
wombat, dari belakang kayak babi, dari depan kayak buldog
 
emu, burung yang tidak bisa terbang terbesar kedua setelah burung unta
Getting Here
Untuk dapat sampai ketempat ini dari Adelaide, kamu bisa lewat South Eastern Freeway dan keluar di daerah Crafers, kemudian ikuti Summit Road ke arah Cleland. Jangan khawatir berlama-lama ditempat ini karena tempat parkirnya gratis, tidak seperti kebanyakan tempat parkir di daerah CBD yang tarifnya super duper mahal.
 
koala, kerjaannya tidur mulu, giliran jalan pelan banget
Tidak mempunyai kendaraan pribadi? Jangan takut. Adelaidemetro menyediakan public transport, pilihlah ‘stop 27 – Cleland Wildlife Park’ sebagai tujuanmu. Info lebih lanjut ada di adelaidemetro.com.au


Baca juga :

Senin, 12 Desember 2016

Treasure Bay, Kolam Berwajah Pantai



Kepulauan Riau ternyata tidak hanya memiliki studio animasi terbesar dan vihara terbesar se - Asia Tenggara, tetapi juga memiliki kolam renang terbesar se - Asia Tenggara.


Adalah Treasure Bay, kolam renang seluas 6,3 hektar, hanya sedikit lebih kecil dari kolam renang terbesar di dunia yang ada di Chili dengan luas 8 hektar. Saking luasnya Treasure Bay, kalau aku disuruh berenang muterin nih kolam, mungkin butuh waktu seharian baru kelar.


Kolam renang Treasure Bay yang berada di Lagoi Kepri ini dibuat mirip dengan pantai. Bahkan ketika Zita aku suruh ngicipin rasa air kolamnya, kata Zita “asin, kayak ada garamnya”. Haha ternyata airnya juga dibuat mirip dengan air laut yang asin.

Untuk dapat sampai ke tempat ini, dari gerbang utama kawasan wisata Lagoi, kita berbelok ke kiri ketika bertemu dengan pertigaan utama (sedangkan kalau mau ke Lagoi Bay kita berbelok ke kanan).


Biaya masuk Treasure Bay adalah Rp100.000 dengan rincian tiket masuk seharga 20ribu, dan sisanya dapat ditukar dengan makanan maupun wahana permainan yang tersedia. Jadi begitu kita membayar 100ribu, kita akan mendapat gelang yang berisi saldo yang dapat kita pergunakan untuk melakukan transaksi selama berada di dalam Treasure Bay. Dan ketika membayar makanan, kita tinggal menyerahkan gelang tanda masuk kita kepada petugas kasir.

gelang bersaldo

Karena waktu itu aku datangnya kepagian yaitu jam delapan pagi, tempat makan yang berada di dekat pintu masuk belum buka. “Nanti bukanya jam sepuluh mbak. Kalau mau makan, bisa ke Canopy yang buka 24 jam, letaknya ada di ujung kolam sebelah sana” kata si mas petugas kebersihan sambil menunjuk sebuah tempat di ujung sana yang saking jauhnya tuh tempat sampai tidak tertangkap oleh mataku.
 
tuh ujung kolamnya jauh bener, sampai tidak terlihat
Owh, oke. Melihat kolam yang sangat luar biasa besar ini, dan ujungnya terlihat sangat jauh, aku sudah males duluan jalan begitu jauh untuk mencari tempat bernama Canopy ini. Tapi ya mau bagaimana lagi, daripada 80ribu-nya terbuang percuma karena tidak bisa ditukar dengan uang (hangus apabila tidak dipakai), maka dengan semangat aku berjalan bergandengan tangan dengan Zita, menyusuri pantai buatan ini.


Sampai di ujung, akhirnya aku menemukan si Canopy ini. Tempat ini berisi banyak bule, dan hanya aku dan para pelayan yang berwajah Indo. Ketika melihat daftar menu pun, ternyata tempat ini banyak menyediakan beer dan wine aneka rasa dengan harga ratusan ribu. Cleguk. Pandanganku otomatis beralih ke para bule yang masing-masing dari mereka membawa botol minuman aneka macam beer. Pantes nih tempat buka 24 jam, mungkin buat ajojing semalaman.
 
adekku nih, masih lajang. haha promosi
Untuk daftar makanan yang lain pun ternyata tidak kalah mahal, yaitu 140ribu untuk pizza, 170ribu untuk bolognaise, 180ribu untuk pepperoni, 140ribu untuk salad, 130ribu untuk burger, 245ribu untuk steak, dan aneka macam makanan bule lainnya. Akhirnya untuk Zita aku beliin menu yang murah saja, yaitu jus melon seharga 60ribu per gelas-nya. Untuk makanan, nanti beli di luar saja. Haha, dasar pelit.

Zita dan jus melon seharga 60ribu

Baca juga :
- Lagoi, Pantai Cantik di Bintan
- Avalokitesvara, Vihara Terbesar se - Asia Tenggara
- Pelayaran Batam - Bintan, Harga dan Rute
- Barelang, Jembatan yang Menghubungkan Tiga Pulau Besar di Kepri

Jumat, 02 Desember 2016

Puncak Kebun Buah Mangunan



Belakangan ini, aku banyak menemukan foto tentang Kebun Buah Mangunan yang berada di ketinggian. Penasaran dengan indahnya foto-foto yang beredar, akhirnya pada hari Minggu, kuturut ayah ke kota, dan mengajak Zita ke Jogja, naik delman istimewa.


Jam empat pagi, aku menyeret Zita keluar dari kamarnya menuju mobil. Begitu berada di dalam mobil, dia melanjutkan tidurnya yang tadi sempat terganggu, tanpa banyak bertanya mau dibawa kemana aku? Zita sih selalu begitu, pasrah saja sering dibawa bundanya pergi kesana kemari.


Mobil kami melaju kencang ke arah Jogja. Jalanan masih sepi, padahal beberapa jam lagi jalan utama Semarang - Jogja ini pasti penuh oleh kendaraan.

Memasuki kota Yogyakarta, kami masih terus melaju membelah Kota Jogja ke arah selatan, ke Dlingo, Kabupaten Bantul, lewat jalan Imogiri Timur. Mendekati Dlingo, sudah mulai banyak papan petunjuk ke arah Kebun Buah Mangunan kutemukan.


Jalanan mulai menanjak, berkelok-kelok ke atas, dengan pepohonan yang tidak terlalu rapat berdiri di sepanjang jalan. Hijau sejauh mata memandang. Disekitar tempat wisata Kebun Buah Mangunan, banyak tempat wisata lain diantaranya Watu Lawang, Hutan Pinus, dan Goa Gajah.


Sampai di gerbang Kawasan Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan, kami ditarik biaya lima ribu rupiah per orang. Jalanan menanjak, berbatu, dan sempit, memanjang di depan kami. Jalan yang tidak begitu lebar itu hanya cukup untuk satu mobil saja.

Sebelum mulai menanjak, petugas di depan kami menyuruh kami berhenti, untuk menunggu, karena ada kendaraan lain diatas kami yang hendak turun. Jadi, jalannya gantian karena tidak muat untuk dua mobil.


Begitu sampai di tempat parkir, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari makan karena kami memang belum sempat sarapan sebelum pergi. Harga makanan disini lumayan murah, tidak mahal seperti kebanyakan tempat wisata, standar seperti warung pinggir jalan, yaitu enam ribu untuk nasi pecel, delapan ribu untuk soto, dan sepuluh ribu untuk nasi goreng, dan porsinya pun lumayan banyak.

Selesai sarapan, barulah kami berjalan ke tempat yang biasa dijadikan spot foto, dimana aliran sungai Oyo yang berkelok terlihat di kejauhan. Kalau melihat hijaunya tempat ini sih, seharusnya sejuk ya udaranya. Tapi kenyataannya… puanass. Mungkin aku datang di musim yang tidak tepat karena pohon-pohon di sekitar tempat ini pun sedang tidak berbuah.

Baca juga :

Senin, 21 November 2016

Ada Yang Mirip Hogwarts di The University of Adelaide



The University of Adelaide, adalah alasan utamaku datang ke Australia, yaitu untuk menyusul si ayah yang sedang kuliah disini.


Kalau aku disuruh mengisi formulir pendaftaran beasiswa Australia, mungkin pilihan pertamaku adalah Monash University di Melbourne karena memang hanya itu universitas yang aku tahu di Australia. Haha. Ketauan nih kupernya. Pilihan kedua aku akan memilih Universitas Nasional Australia yang sering disingkat ANU (The Australian National University), karena letaknya yang berada di pusat pemerintahan Australia yaitu di Canberra, ibukota Australia. Selain itu, Canberra juga berada di antara Sydney (utara), Melbourne (selatan), dan Adelaide (barat), jadi bisa traveling kemana-mana.


Nah, untuk pilihan ketiga, aku akan memilih The University of New South Wales (UNSW) di Sydney, karena namanya yang keren. Jadi kalau ada yang tanya “kuliah dimana?” Jawabnya “UNSW”. Keren kan? Sayangnya, otakku tidak sekeren itu untuk bisa mendapat beasiswa kuliah di Australia. Tetapi, si ayah ternyata berhasil mendapat beasiswa ADS (Australia Development Schoolarship) yang sekarang sudah berganti nama menjadi AAS (Australia Award Schoolarship). I’m proud of you ayah. Padahal ketika kami berdua dulu sama-sama bersekolah di Gladiool High School Magelang, kepintaran dan nilai rapotku tidak jauh beda sama si ayah (kata si ayah : masak sih?), tetapi ternyata dia lebih beruntung bisa kuliah gratis di Australia.


Ngomongin tempat pilihan untuk kuliah di Australia, Adelaide memang kalah pamor dari Sydney, Melbourne, ato Perth. Padahal, biaya hidup di Adelaide jauh lebih murah dibanding Sydney dan Melbourne lho, jadi kalau kamu sekolah di Adelaide, kamu bisa menyisihkan uang saku lebih banyak. Seperti si ayah nih, bisa mendatangkan istri dan anaknya untuk menyusul ke Australia dari sisa uang saku kuliah, serta membeli sebuah Camry di Adelaide padahal di Indonesia dia blom bisa membeli mobil dari uang gajinya di Indonesia. Hiks. Sayang Camry-nya tidak bisa dibawa pulang ke Indonesia.

Sejarah Singkat Adelaide University
Adelaide University merupakan universitas negeri di Adelaide, South Australia. Didirikan pada tahun 1874, universitas ini menjadi yang tertua ketiga di Australia setelah The University of Sydney yang didirikan tahun 1850, dan The University of Melbourne yang berdiri pada tahun 1853.

Bangunan Unik dan Klasik Adelaide University
Bangunan di Adelaide University ini keren-keren lho, banyak yang unik, seperti kastil kerajaan jaman dahulu.
mirip kastil Hogwarts ya?

Letak Adelaide University juga lumayan strategis di tengah kota, di daerah North Terrace, bersebelahan dengan State Library of South Australia (Perpustakaan Negara Bagian Australia Selatan) dan South Australian Museum, serta berseberangan dengan Rundle Mall (tempat nongkrong asyik dimana sepanjang jalan banyak pengamen. Ssstt… pengamen disini keren-keren lho, tidak lusuh dan lecek. Kebanyakan pengamen adalah bule ganteng yang duduk di sebuah kursi tinggi, dan bernyanyi sambil memetik gitar).

Dari Adelaide University, kita juga tinggal berjalan kaki ke arah barat jika ingin melihat Parliament of South Australia. Gedung pemerintahan Negara Bagian Australia Selatan ini mirip dengan Parliament of Victoria di Melbourne.
 
Perpustakaan Negara Bagian Australia Selatan
Mau Masuk Gedung? Harus Punya Kunci!
Untuk dapat masuk ke bangunan-bangunan unik Adelaide University ini, kamu harus mempunyai kartu mahasiswa yang dapat digunakan sebagai key card. Jadi tidak sembarang orang bisa masuk. Contohnya aku nih, pas ditinggal si ayah yang sedang menemui dosen untuk membahas tugas kuliah, aku lebih memilih menunggu di luar gedung. Tiba-tiba Zita pengen pipis. Lha, padahal toilet adanya di dalam gedung. Karena aku tidak mempunyai kartu mahasiswa yang dapat digunakan sebagai key card (malangnya aku), akhirnya aku terpaksa mencari toilet umum di luar lingkungan kampus. Sebenarnya bisa juga sih, kita nunggu di samping pintu, terus kalau ada mahasiswa yang membuka pintu, kita ikutan masuk.
Hanya gedung Hub Central yang berada di tengah kampus, yang bebas dimasuki oleh umum, tanpa perlu memakai kunci.

Ada juga nih free wifi di lingkungan kampus, tapi lagi lagi, hanya mahasiswa yang mempunyai password nya, dan setiap mahasiswa mempunyai password yang berbeda-beda.
 
Zita di salah satu sudut kampus
Torrens River
Jika di Washington ada Potomac River, di Paris ada Seine River, di Melbourne ada Yarra River, maka di Adelaide ada Torrens River yang membelah kota Adelaide. Di belakang kampus Adelaide University, ada sebuah taman tempat kita bisa menikmati ketenangan aliran Sungai Torrens, serta aneka unggas yang banyak berkeliaran di taman ini. Tempat ini sangat tenang, cocok dijadikan tempat belajar ketika UTS atau UAS, membaca buku sambil tiduran di atas rumput hijau, ditemani burung-burung kecil yang banyak hilir mudik.


 
bagian belakang kampus
 
ada banyak tugu seperti ini mengelilingi kampus
 
akankah kelak Zita kuliah disini?
Baca juga :