Kamis, 19 Januari 2017

Berburu Dolphin di Port Adelaide



Port Adelaide terletak 14 km di sebelah barat laut dari pusat kota Adelaide. Port Adelaide merupakan pelabuhan penting bagi Adelaide. Lalu apa saja yang menarik disini? Kita bisa naik cruise yang berlayar di sepanjang Port Adelaide River sampai ke ujung utara Torrens Island. Selama berlayar, kita akan ditemani kumpulan dolphins atau lumba-lumba yang berenang di samping cruise. Setidaknya itu yang kubaca di iklan yang terdapat di tempat penjualan tiket dolphin explorer cruiser yang beralamat di Queens Wharf, Commercial Road.
 
sambil nunggu kapal, bermain dulu bersama burung
Untuk bisa naik cruise ini, kita harus membeli tiket seharga AUD 8 per orang nya. Selain bisa membeli tiket secara online, kita bisa juga kok membeli tiket langsung di tempat, asal belinya paling telat 20 menit sebelum kapal berlayar ya. Untuk yang mau membeli tiket secara langsung, carilah loket tiket berbentuk van berwarna biru yang ada di pinggir Port Adelaide ini.
tempat pembelian tiket

Untuk jadwal pelayaran, biasanya sih kapal ini berlayar dua kali dalam sehari yaitu pagi dan siang, dan biasanya lagi, hanya berlayar di hari Minggu dan hari libur, jadi kalau kamu ingin naik kapal ini, cek dulu jadwal berlayarnya di dolphinexplorer.com.au ya, biar tidak kecelek seperti aku, ketika sampai di Port Adelaide, ternyata kapalnya baru akan berlayar tiga jam lagi.

Untuk mengusir rasa bosan ketika menunggu kapal berlayar, aku berkeliling di dalam pasar yang berada di sebelah tempat penjualan tiket. Di dalam pasar ini ada banyak souvenir khas Australia, berbagai macam buku, dan toko-toko penjual opal (opal disini murah dan tidak bersertifikat, tapi menarik juga kok untuk dibikin perhiasan).

Zita juga sempat membuat face painting disini seharga AUD 4. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit, seekor dolphin cantik sudah tergambar manis di pipinya.
Zita sedang dilukis pipinya
 
dan inilah hasilnya
Di pintu masuk pasar, aku dan Zita sempat berfoto sama pengamen orang aborigin (penduduk awal Australia sebelum orang-orang berkulit putih banyak berdatangan ke benua ini).
bersama pengamen orang aborigin dengan bendera mereka yg berwarna hitam dan merah dengan bulatan kuning di tengah

Akhirnya, dolphin explorer pun berlayar. Cruise ini terdiri dari tiga lantai, dan aku memilih duduk di lantai teratas yang beratapkan langit. Meskipun siang hari bolong dan matahari bersinar terik, tapi udara di bulan Juli ini tetaplah dingin. Inilah yang membuat kulitku tampak gosong sepulang dari Australia. Karena dinginnya udara bulan Juli, aku jadi sering berjemur di siang hari untuk mencari sedikit kehangatan, padahal matahari disini meskipun rasanya dingin tapi tetap menghitamkan kulit.
kapal terdiri dari tiga lantai

Kembali ke atas kapal, dengan antusias aku berdiri memandang perairan disekitarku, mencari keberadaan para dolphin. Sudah lebih dari lima belas menit aku berdiri, tidak tampak keberadaan dolphin dimana-mana. Akhirnya aku menyerah, dan kembali duduk sambil menikmati chips dalam wadah ukuran jumbo seharga AUD 8 (semua makanan disini ukurannya jumbo).
 
duduk di lantai teratas
Lagi asyik-asyiknya mengunyah chips, tiba-tiba ada seseorang di bagian kiri kapal berteriak “look!”. Aku menoleh dan melihat seorang bule wanita sedang mengacungkan jarinya ke samping kiri kapal. Sekonyong-konyong para penumpang kapal berpindah tempat ke sebelah kiri. Aku sampai takut kapal akan terbalik karena semua orang berdiri di sebelah kiri. Ternyata ada sekumpulan dolphin yang sedang berlompatan di atas air. Tapi jaraknya lumayan jauh dari kapal sehingga para dolphin itu tidak terlihat dengan jelas.
 
dikeroyok burung
Sampai satu setengah jam kemudian ketika kapal sudah berada di ujung utara Torrens Island, aku tidak melihat dolphin lagi dimana-mana. Mungkin karena ini musim dingin jadi dolphinnya pada ngumpet kali ya? Dalam perjalanan pulang, aku hanya sempat melihat dolphin sebanyak dua kali, melompat tepat di depan tempat dudukku, dan kemudian dia menghilang ke bawah air dan tidak muncul lagi.

Ketika kapal kembali merapat ke dermaga, begitu turun dari kapal, aku disambut oleh anak-anak yang banyak berderet di pinggir jalan sambil memainkan alat musik biola. Ternyata mereka adalah pemusik jalanan. Kalau di Indonesia seperti pengamen cilik yang membawa gitar kecil gitu deh. Bedanya, pengamen di Australia ini pakaiannya rapi-rapi.

Baca juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar